Langsung ke konten utama

Postingan

Review Buku; Saring Sebelum Sharing - Beragama di Era Dunia Maya

Internet sudah menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan manusia, khususnya Orang Indonesia. Hal itu yang menyebutkan bahwa kita sedang berada dalam dunia tanpa batas, perbincangan orang Amerika akan mudah kita ketahui, isu yang berkembang ditengah masyarakat Jepang lebih mudah didapat oleh Orang Indonesia, zaman sekarang. Dan ternyata, internet sangat membawa dampak bagi masyarakat muslim dalam mempelajari agamanya, Islam. Kita akan mudah menjumpai hadits Nabi, ayat Qur’an yang menjadi rujukan utama agama Islam bertebaran di dunia maya a.k.a internet. Dunia maya itu termasuk didalamnya website , media sosial, broadcast , sampai meme atau komik yang berisi konten-konten kebaikan, jelas karena isinya adalah ayat Qur’an, hadits Nabi maupun atsar, maqolah para Sahabat dan Ulama. Namun sayang, terkadang apa yang tersebar tidak sedikit yang khilaf atau salah, salah tempat, salah pakai, salah konteks sampai salah paham! Harus diperhatikan, bahwa yang baik belum tentu benar
Postingan terbaru

Review Buku; Seteru Berjamaah – Konflik adalah Sunnatullah

Seteru Berjama’ah, membaca judulnya dapat saya bayangkan buku ini berisi banyak sekali konflik yang terjadi dalam sebuah kelompok, golongan. Istilah ‘seteru’ berarti bukan sekedar konflik biasa namun sampai ke taraf bermusuhan sehingga menyebabkan sebuah perpecahan.  Menariknya, seteru ini terjadi dalam kelompok yang identik dengan agama kita Islam. Hal ini didukung dengan penggunaan istilah ‘berjamaah’, permusuhan yang dilakukan secara bersama-sama.Bagaimana hal itu bisa terjadi? Permusuhan yang dilakukan secara berjamaah. Buku dengan sampul lukisan abstrak ini mewakili isi bukunya, berisi konflik yang juga pelik. Namun layaknya lukisan abstrak, tetap masih bisa nikmati dengan cara yang khusus. Tidak banyak orang yang dapat menikmati lukisan abstrak, kecuali mereka yang memahami seni, estetika, sampai nilai dari sebuah karya. Demikian pula dengan konflik, seteru, tidak banyak orang yang bisa menikmati hikmahnya dalam suatu kelompok tertentu. Terkadang, lebih banyak mereka

Bedah Buku; Api Sejarah 1 : Ulama, Pahlawan Penggerak Kemerdekaan Indonesia (Part 3 - habis)

Penguasaan pasar oleh orang Arab muslim yang datang ke Nusantara membuat masyarakat pribumi akrab dengan mereka. Tidak hanya dalam interaksi jual beli, namun masuk sampai pada kehidupan sosial, mereka menikah, membangun perkampungan sampai tanpa sadar islam menjadi agama yang banyak di anut oleh pribumi Nusantara. Komunitas muslim yang sudah menjadi mayoritas ini kemudian membentuk lembaga pengembangan manusia di Indonesia. Dengan tetap menjadikan pasar sebagai basis kekuatan ekonomi, para ulama saat itu membentuk Pondok Pesantren. Sehingga kita akan jumpai setelah kerajaan Hindu Majapahit maupun kerajaan Budha Sriwijaya runtuh, putra mahkota atupun pangerannya belajar ke pondok pesantren. Hal ini dilatarbelakangi oleh kedatangan penjajah Katolik Portugis dan Kristen Spanyol (sekitar abad 16) yang awalnya dalam rangka urusan dagang, merambah hingga penguasaan wilayah. Misi suci yang merupakan doktrin agama membuat upaya penjajahan adalah bentuk “pengabdian” pada agama. Tidak

Bedah Buku; “Api Sejarah 1: Nenek Moyang Muslim Nusantara” (Part 2)

Siapakah yang membawa Islam ke bumi Nusantara? Kapan mereka datang? Jawaban yang akan kita dapatkan akan berbeda dengan pelajaran di sekolah setelah membaca buku ini. Jamak kita ketahui kehidupan Muhammad muda sudah ikut serta pamannya berdagang sampai ke negeri seberang, Syam (Suriah/Iran). Jujur dan dapat dipercaya merupakan ciri khasnya. Dan inilah karakteristik khusus bangsa Arab, khususnya Makkah saat itu saudagar, pedagang. Maka jauh sebelum era kenabian, aktivitas jual-beli kebutuhan pokok tidak dapat dipisahkan. Sudah pasti, tanah Nusantara menjadi salah satu daerah suplay produk kekayaan alamnya. Sumber : merahputih.com Masuknya orang-orang Arab ke Nusantara layaknya gelombang, datang dan kembali, member dan menyeretnya ke laut. Kedatangan orang Arab yang saat era kenabian tidak hanya sebagai pedagang, namun juga sebagai juru dakwah. Karena saat itu, semangatnya menyebarkan ajaran Islam yang membawa ajaran keadilan dan kebebasan, berbeda dengan agama yang ada sa

Bedah Buku; “Api Sejarah 1: Kenangan yang Wajib Dipelajari” (Part 1)

Tahun 2014, menjadi awal pertemuan pertama saya dengan buku ini. Buku yang memberi kesan ‘horor’ dengan cover full hitam; hanya judul bukunya saja berwarna merah memberi kesan eye catching bagi yang melihatnya. Dan memang sesuai dengan cover, membaca buku ini memberi kesan horror sehingga pembacanya merasa takut jika tidak menyelesaikan membaca buku ini sampai selesai. Bisa jadi, pepatah “don’t judge book by this cover” tidak berlaku bagi buku ini, karena cover dan isinya sama-sama ‘horor’. Sumber : news.detik.com Buku sejarah karya Prof Ahmad Mansur Suryanegara ini sangat patut dibaca semua kalangan, khususnya aktivis pergerakan. Ia dapat membangkitkan ruh perjuangan untuk memberantas neo-imperialis yang muncul benihnya dalam diri bangsa ini. Senada dengan judul buku ini “API SEJARAH”, beliau menjelaskan dalam Kata Pengantarnya agar setiap jiwa dan raga yang sudah menikmati indahnya ekosistem kemerdekaan ini tidak hanya sebagai generasi penikmat, kita yang lebih dikenal de

Virus Yang Lebih Dahsyat Dari Corona*)

Sumber : tirto.id Adakah virus yang lebih “dahsyat” dari pada virus Corona ? Ada. Jawabannya adalah virus fitnah. Proses penyebarannya begitu masiv, sangat cepat dan bahkan cukup mematikan ; mematikan silaturrahmi, mematikan kebersamaan dan bahkan bisa memporak porandakan wilayah Tauhid, sebuah areal yang sangat sensitive. Karena fitnah itu sendiri lebih kejam dari pembunuhan, Wal-fitnatu asyaddu minal qotl. “Mengapa tidak boleh shalat berjamaah dan jum’at di masjid ? Justru saat Allah menurunkan cobaan, mengapa harus menjauhi masjid ? Jangan-jangan ini bagian dari konspirasi global Yahudi yang tidak suka umat Islam memakmurkan masjid, bukankah jauh lebih baik mati di dalam masjid daripada mati mengurung diri di rumah ? Mengapa lebih takut kepada Corona dari pada takut kepada Allah? Bukankah kematian itu sudah diatur oleh Allah, dan hanya Dia yang menentukan ? Memang zaman benar-benar sudah mendekati kiamat ...” Inilah diksi yang berkembang saat ini. Berkembang terus, be

Review Buku; "Pendar-Pendar Kebijaksanaan", Memaknai Agama ‘tidak sekedar’ Agama

“Kematian mengajarkan bahwa apa yang dimiliki dan dicintai manusia dalam hidupnya akan ditinggalkan dan tak berharga lagi.” (KH. Husein Muhammad) Pendar, selayaknya memang dipergunakan pada tempat yang awalnya gelap agar cahaya yang terpancar bermanfaat bagi sekelilingnya. Sesuai dengan namanya, buku dengan judul “Pendar-Pendar Kebijaksanaan” ini memberikan cahaya hikmah bagi setiap orang yang membaca. Untaian kalimat yang mengawali tulisan ini member kita hikmah dari suatu kondisi yang dipahami secara luas akhir dari episode manusia; kematian. Namun, melalui tulisan penuh inspiratif penulis mengulik ilmu dan pengetahuan begitu dalam darinya. Ini hanya salah satu tulisan dari buku beliau. Buku dengan sampul hitam perpaduan gambar tarian sufi (tarian yang terkenal era Dinasti Abbasiyyah) menurut saya menunjukkan bahwa isi buku ini berisi tentang hikmah yang tidak hanya sekedar dibaca, namun dipahami dengan akal, pikiran dan hati yang terbuka. Karena tidak cukup dibaca sekali