Langsung ke konten utama

Virus Yang Lebih Dahsyat Dari Corona*)

Sumber : tirto.id

Adakah virus yang lebih “dahsyat” dari pada virus Corona ? Ada. Jawabannya adalah virus fitnah. Proses penyebarannya begitu masiv, sangat cepat dan bahkan cukup mematikan ; mematikan silaturrahmi, mematikan kebersamaan dan bahkan bisa memporak porandakan wilayah Tauhid, sebuah areal yang sangat sensitive. Karena fitnah itu sendiri lebih kejam dari pembunuhan, Wal-fitnatu asyaddu minal qotl.

“Mengapa tidak boleh shalat berjamaah dan jum’at di masjid ? Justru saat Allah menurunkan cobaan, mengapa harus menjauhi masjid ? Jangan-jangan ini bagian dari konspirasi global Yahudi yang tidak suka umat Islam memakmurkan masjid, bukankah jauh lebih baik mati di dalam masjid daripada mati mengurung diri di rumah ? Mengapa lebih takut kepada Corona dari pada takut kepada Allah? Bukankah kematian itu sudah diatur oleh Allah, dan hanya Dia yang menentukan ? Memang zaman benar-benar sudah mendekati kiamat ...”

Inilah diksi yang berkembang saat ini. Berkembang terus, berputar-putar dan proses penyebarannya begitu cepat, ya… seperti layaknya penyebaran virus. Jadilah kita umat yang terbelah, bercerai berai. Satu cenderung mengikuti ajakan ulama dan mengikuti instruksi pemerintah (sami’na wa atho’na / kami dengar dan kami mentaati), sebagian lagi mendengar tapi menentangnya dengan berbagai macam argumentasi dan dugaan yang menurutnya benar (sami’na wa ‘ashoina /kami mendengarkan dan kami menentangnya).

Kalau kondisi ini kita biarkan, tidak menutup kemungkinan "asyaddu minal qotl” (lebih dahsyat daripada pembunuhan), akan benar-benar cepat terjadi. Dan ini berarti, kitapun akan memasuki fase virus pasca Covid 19, yaitu virus fitnah.

Kebersamaan, saling pengertian, saling memahami dan saling menjaga diri dan menghormati perbedaan pendapat – adalah mutlak diperlukan. Sembari mencari tahu, dan terus menggali ilmu pengetahuan terkait dengan adanya virus Covid 19 itu kemudian berikhitar zahir dan batin mengghadapinya, menjadikan kita akan lebih bijak mensikapinya. Mengembangkan perdebatan di ranah publik, seolah-olah pendapatnyalah yang paling benar justeru pada akirnya akan melahirkan virus berikutnya, yakni virus fitnah yang saya sebutkan itu.

Semoga, pertengahan Sya'ban nanti-saat Allah mengganti buku catatan amal kita, Allah Azza wa Jalla ganti pula lembaran-lembaran kelabu dengan lembaran baru yang cerah, ditulis dengan tinta emas harapan baru. Yang dengannya mampu menghancurkan dan meluluhlantakkan virus-virus yang melekat dalam diri kita ; virus egoisme, hasud/iri dengki, takabbur dan sombong. Menuju jiwa-jiwa yang bersih untuk melangkah dengan pasti menuju dan membuka gerbang Ramadhan al-Karim.

Allahumma Aamiin…
Marhaban Ya Ramadhan….

*) Muhammad Nashir Syam, M.Pd
Penulis adalah Praktisi Pendidikan, Pengajar di MAN 2 Ketapang, aktif di MUI Ketapang sekaligus Ketua IKADI Kab. Ketapang. Tulisan dan pemikiran lainnya dapat diakses di akun Fb beliau M Nashir Syam .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kontroversi Puasa Bulan Rajab

Bismillahirrahmanirrahim... Setiap momen – momen dalam beragama Islam sangat hangat untuk diperbincangkan. Khususnya hal – hal yang dianggap “tidak ada” pada zaman Nabi Saw. Banyak perbedaan pendapat yang muncul antar ulama satu dengan yang lain, terdapat pertentangan antar muslim satu dengan yang lain, yang ini masih dalam batas kewajaran. Yang mengkhawatirkan adalah saat muslim satu dengan muslim yang lain saling menyalahkan, menghujat, bahkan mengkafirkan. Padahal dalam sebuah riwayat pernah disampaikan Nabi Muhammad yang artinya “Perbedaan adalah Rahmat”. Dalam momen kali ini sesuai dengan penanggalan Qomariyah 1438 Hijriyah, kita sudah memasuki bulan Rajab. Yang selalu menjadi permasalah dari tahun ke tahun (hampir setiap tahun) bahkan menjadi perdepatan kalangan akar rumput (baca:orang awam) tentang berpuasa pada bulan Rajab. Buya Yahya, selaku pengasuh Ponpes Al Bahjah Cirebon pernah menuliskan risalah kecil tentang bulan Rajab. Beliau mengawali pendahuluan bukunya den...

Ada Apa Dengan "Baarakallah" dan "Innalillah" ?

Lumrah bagi sebagian besar kalangan aktivis dakwah yang mengucapkan kalimat “Baarakallah” yang diiringi dengan “Innalillah”, utamanya kepada salah seorang saudara yang mendapatkan amanah ataupun jabatan baru di organisasi kampus. Namun yang menjadi pertanyaan dalam benak saya ketika mendapatkan ucapan ini adalah apa hubungan keduanya sehingga dapat dijadikan satu ungkapan saat seseorang terbebankan amanah ataupun jabatan baru? Insya Allah akan kita bahas bersama. Baarakallah tersusun dari dua kata bahasa arab; baaraka dan allah . Secara bahasa

Orang Baik

Belum dapat hati ini beranjak dari kisah kegiatan minggu lalu. Menutup akhir 2019 dengan bercengkrama dg penikmat kata, penghafal cerita serta pensyarah kode²Nya. . Alangkah indahnya Islam, mudahnya menjadi seorang yang baik. Ingatkan kita dalam sebuah ungkapan masyhur dari Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya Al Hikam, beliau berkata "Jika engkau tidak bisa berlomba beramal kebaikan bersama orang Sholeh, maka berlombalah untuk selalu bertaubat diantara para ahli maksiat." . Ataupun sebuah kisah menarik dg matan yg panjang, suatu ketika Rasulullah Saw sedang berkhutbah Jum'at yg temanya bercerita tentang hari kiamat. Hingga suatu ketika ada salah seorang sahabat bertanya "Kapan kiamat itu wahai Rasulullah?" . Namun ternyata Rasulullah tdk merespon, atau mungkin tidak mendengar, atau blm berkenan menjawab ditengah tengah khutbah Jum'at. Hingga sahabat ini mengulang pertanyaan yg sama hingga 3 kali. . Akhirnya Rasulullah balas bertanya, "Apa yg s...