Internet sudah menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan
dari kehidupan manusia, khususnya Orang Indonesia. Hal itu yang menyebutkan
bahwa kita sedang berada dalam dunia tanpa batas, perbincangan orang Amerika
akan mudah kita ketahui, isu yang berkembang ditengah masyarakat Jepang lebih
mudah didapat oleh Orang Indonesia, zaman sekarang. Dan ternyata, internet sangat
membawa dampak bagi masyarakat muslim dalam mempelajari agamanya, Islam.
Kita akan mudah menjumpai hadits Nabi, ayat Qur’an yang
menjadi rujukan utama agama Islam bertebaran di dunia maya a.k.a
internet. Dunia maya itu termasuk didalamnya website, media sosial, broadcast,
sampai meme atau komik yang berisi konten-konten kebaikan, jelas karena isinya
adalah ayat Qur’an, hadits Nabi maupun atsar, maqolah para Sahabat dan Ulama.
Namun sayang, terkadang apa yang tersebar tidak sedikit yang khilaf atau salah,
salah tempat, salah pakai, salah konteks sampai salah paham! Harus
diperhatikan, bahwa yang baik belum tentu benar bahkan dalam level beragama.
Buku yang akan saya review menjelaskan tentang hal-hal itu. Se-fruit
karya Nadirsyah Hosen yang lebih akrab dipanggil Gus Nadir, seorang Kyai muda,
Rois Syuriah PCI NU Australia sekaligus Pengajar Monash Law School di Monash
University, Australia membuka kembali khazanah berpikir dan bertindak dalam
menyikapi fenomena ‘semangat hijrah’ ditengah cepatnya gelombang 4G/WiFi yang
mengisi gawai pintar masyarakat Indonesia saat ini. Sampul buku yang soft
berwarna biru muda dengan space judul dominan kuning, agar pembaca mendapat first
impression bahwa kita harus saring dahulu setiap informasi yang didapat,
pahami dan cermati, baru kemudian sharing, bagikan kepada mereka
yang ‘perlu’ informasi tersebut. Ya, itu kesan pertama saat melihat sampul buku
ini, namun isinya jauh lebih dalam!
Mari lanjut bahas…
Setiap muslim pasti mendambakan menjadi muslim terbaik, hidup
dalam ketaatan dan ketaqwaan. Dan kita tidak akan menjumpai hal terbaik itu
kecuali dengan mencontoh dari generasi terbaik pula, dari pemimpin para manusia
terbaik yaitu Rasulullah Saw. Buku ini, akan mengajak kita untuk menelisik
lebih jauh kehidupan teladan kita, agar kita menjadi salah satu pengikut yang
mewujudkan tujuan Nabi diutus, untuk ‘menyempurnakan akhlak’.
Membaca buku sejarah, shiroh perjuangan Nabi Muhammad Saw. terkadang
membuat bosan para pembaca. Meskipun kita akan memiliki semangat berbeda antara
mempelajari sejarah di ruang kelas dengan membaca kisah dari sumber primer
seperti Siroh Nabawiyah karya Rakhiqul Makhtum, karya Ibnu Hisyam dan
sebagainya. Nah! Bagi yang sering bosan melihat tebalnya buku sejarah, buku
karya Gus Nadir yang ini cocok bagi kalian. Kita akan diajak berkelana sampai
1400 tahun lalu kedalam kehidupan Nabi Muhammad Saw., karena semangat Gus Nadir
adalah agar pembaca dapat merasakan ‘kehadiran’ Rasul, seolah-olah kita dapat
meneladani kehidupan Rasulullah Saw. melalui untaian kata dan kisah yang penuh
makna bagi kehidupan.
Pada lembaran-lembaran selanjutnya, kita akan jumpai 8 Bab
dengan masing-masing pembasan tentang Nabi Muhammad Saw. Mulai dari shiroh nabi
berdasarkan kitab hadits, kehidupan muamalah Nabi dengan para Sahabat,
bagaimana Nabi mengambil keputusan, problematika umat, termasuk dibahas juga
tentang khilafiyah dalam ibadah, Nabi dengan non-muslim, cinta Nabi Muhammad
dan terakhir tentang Nabi Muhammad Saw. dengan dakwah. Dari judul bab diatas,
bisa dikatakan ini paket lengkap banget! Kita akan dapat banyak sekali
kosakata baru tentang ulumul hadits, ulumul qur’an, sampai bahasa Arab. Sampai
pada titik ini saya kagum dengan kepiawaian Gus Nadir menjelaskan metode istimbath
hukum para Imam Madzhab termasuk sumber rujukan utama ulama hadits. Subhanallah…
Berdasarkan kondisi zaman sekarang, buku ini sangat cocok
bagi kita orang awam. Yang terkadang masing belum dapat menyeimbangkan gerak
jempol memainkan gawai daripada gerak otak dan akal dalam berfikir, sehingga
masih sering tersebarnya hoaks, termasuk dalam beragama. Hoaks paling nyata
dalam beragama salah satu contohnya adalah pemahaman “jika bertemu dengan orang kafir maka jangan beri jalan” (Hal 233).
Dalam buku ini Gus Nadir menjelaskan bahwa suatu hadits dapat diamalkan jika
sesuai dengan asbabul wurud-nya (sebab-sebab diriwayatkan) atau asbabun nuzul (sebab diturunkan) jika ayat Qur'an. Sedangkan hadits diatas, Rasulullah sampaikan dalam kondisi perang atau tidak aman. Lalu, jika dalam
kondisi kita di Indonesia, apakah bisa diterapkan? Jelas tidak bisa, karena
kondisi Indonesia aman antar setiap pemeluk agama. Hadits ini yang disalah
pahami oleh kelompok garis keras seperti IS*S.
Ditengah hadirnya generasi internet saat ini, hadirnya buku
ini membawa kemudahan bagi kita untuk memilih yang tidak hanya baik namun
benar, sesuai dengan situasi dan kondisi. Kita akan menjadi lebih arif dalam
menyikapi sebuah fenomena, kemudian dikaitkan dengan dalil naqli yang sesuai,
bukan yang terpaksa disesuaikan dengan ilmu otak atik mathuk alias cocokoligi.
Kita juga dapat membacanya sesuai judul yang ada, karena tulisan-tulisan dalam
buku ini juga merupakan artikel yang ditulis sesuai isu yang berkembang saat
itu juga. Sehingga semakin terkesan update dan tidak usang ditelan zaman.
Oh ya, Gus Nadir juga salah satu Kyai Muda NU yang cukup
intens dalam memakai media sosial. Bagi teman-teman yang ingin mengikuti
perkembangan pemikiran beliau bisa follow twitter @na_dirs , instagram
@nadirsyahhosen_official atau langsung main ke website nadirhosen.net .
Kalau mau bukunya, langsung aja ke beliau ya… hehe
Komentar
Posting Komentar
Pesan anda sangat kami harapkan... :-)