Siapakah yang membawa Islam ke bumi Nusantara? Kapan mereka
datang? Jawaban yang akan kita dapatkan akan berbeda dengan pelajaran di
sekolah setelah membaca buku ini.
Jamak kita ketahui kehidupan Muhammad muda sudah ikut serta
pamannya berdagang sampai ke negeri seberang, Syam (Suriah/Iran). Jujur dan
dapat dipercaya merupakan ciri khasnya. Dan inilah karakteristik khusus bangsa
Arab, khususnya Makkah saat itu saudagar, pedagang. Maka jauh sebelum era
kenabian, aktivitas jual-beli kebutuhan pokok tidak dapat dipisahkan. Sudah
pasti, tanah Nusantara menjadi salah satu daerah suplay produk kekayaan
alamnya.
![]() |
Sumber : merahputih.com |
Masuknya orang-orang Arab ke Nusantara layaknya gelombang,
datang dan kembali, member dan menyeretnya ke laut. Kedatangan orang Arab yang
saat era kenabian tidak hanya sebagai pedagang, namun juga sebagai juru dakwah.
Karena saat itu, semangatnya menyebarkan ajaran Islam yang membawa ajaran
keadilan dan kebebasan, berbeda dengan agama yang ada saat itu memiliki kasta
dan level dalam kehidupan sosialnya. Sekitar abad ke-7 masehi saudagar Arab
muslim sudah sampai ke Nusantara.
Kedatangan saudagar Arab muslim yang ramai ini memang tidak
banyak disebutkan dalam buku sejarah kita. Lebih banyak disebut orang China, ataupun
Gujarat sebagai pedagang yang datang ke Nusantara. Padahal, dominansi Arab
lebih besar daripada Gujarat dengan tidak ditemukannya perkampungan khusus
orang India di Indonesia. Dewasa ini, banyak kita jumpai perkampungan khusus
orang Arab yang kebanyakan mereka adalah pedagang, saudagar, demikian juga
dengan China. Namun sekali lagi, kisah tentang datangnya orang Arab yang juga
ikut perjuangkan kemerdekaan sepi dari cerita dalam pelajaran sejarah.
Kalau kita pahami darimana datangnya Islam, maka jelas muslim
Indonesia yang mayoritas ini tidak akan dianggap sebagai masyarakat kelas tiga.
Islam datang pertama kali dengan penguasaan pasarnya. Bagaimana saudagar dari
Arab berdagang, bersosialiasi secara langsung dengan pribumi dan terjadilah
akulturasi budaya, pertukaran informasi, ini yang oleh Buya Hamka disebutnya
Teori Mekkah. Masuknya Islam itu sudah sejak abad ke 7 Masehi dari Makkah
langsung, bukan pada abad 13 yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan Samudera
Pasai.
Penguasaan sektor ekonomi, menjadi titik pertemuan pribumi
dengan muslim arab. Sehingga dengan mudahnya Islam tersosialiasi ke dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Nusantara kala itu. Masalahnya, terjadi
distorsi sejarah tentang ini. Banyak muslim yang saat ini mengetahui suatu
ungkapan “Muslim yang berada di Masjid lebih dicintai ketimbang yang berada
di Pasar”, sehingga saat ini muslim Indonesia tidak lagi banyak berada di
Pasar-pasar, atau mall besar yang dikunjungi banyak orang. Hal ini yang
dimanfaatkan perusahaan dagang VOC dan kawan-kawannya sehingga rakyat pribumi
yang mayoritas muslim tidak dapat mengembangkan perekonomian pribumi.
Monopoli dagang ini yang tak terasa menempati
wilayah Indonesia ratusan tahun, menjadikan kita lupa tentang sejarah Islam
masuk ke Indonesia. Melalui hubungan muamalah, jual-beli yang terjadi di pasar.
Sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw yang juga seorang saudagar kaya, jujur
lagi dapat dipercaya. Maka, jelas sudah siapa nenek moyang muslim Indonesia
yang datang darimana dan siapa mereka. Nenek moyang kita bukan datang dengan
merampas hak orang lain, bukan dengan membawa pedang dan menumpahkan darah,
bahkan ulama wali songo bukan mereka yang diceritakan tidak menjalankan syariat
pada umumnya, wali songo pun berdagang, menjadi penasehat raja sampai menjadi
seniman. Mari kita kembali pada kehidupan sosial yang sebenarnya!
Komentar
Posting Komentar
Pesan anda sangat kami harapkan... :-)