Langsung ke konten utama

Manusia yang Dikejar Harta

Sumber : kisahmenarikhati.blogspot.com


Alkisah, hamparan lautan pasir nan tandus menjadi saksi atas bangkitnya sebuah peradaban. Dari mereka yang merendahkan derajat manusia sesuai kadar harta, hingga harta menjadi tidak ada lagi artinya. Menjadikan umat manusia yang diperjual belikan layaknya kambing atau unta, kini ditinggikan derajatnya bahkan melebihi level Raja Kisra. Inilah kisah manusia, yang bahkan harta tidak ia harapkan keberadaanya namun ia dicintai oleh harta bahkan dikejar-kejar dunia.
***

Manusia itu adalah seorang saudagar kaya, hartanya melimpah, usahanya berkembang pesat. Banyak saudara, sahabat dan kerabatnya terbantu atas harta yang ia miliki. Tanah Haram; Makkah menjadi saksi atas karirnya menjadi saudagar kaya disana.

Sampai suatu ketika, mitra bisnisnya Abu Bakar Ash-Shiddiq berbincang dan berdiskusi. Mereka membicarakan suatu hal yang akan merubah drastis kehidupannya. Mereka membicarakan perihal ajaran yang dibawa oleh seorang bergelar Al-Amin; yang dapat dipercaya. Apa yang mitra bisnisnya tawarkan? Ia menjelaskan sebuah ajaran yang mengajarkan prinsip keadilan, menolak segala macam penindasan pada mereka yang lemah, solutif atas problema jahiliyyah era itu, bahkan tidak sejalan dengan budaya merugikan mitra bisnis dengan budaya ribawinya. Saudagar kaya ini sepakat, dan langsung berbaiat kepada Al-Amin sampai dikabarkan, ia adalah orang ke-8 yang bergabung dan mendapat gelar As-Saabiquunal Awwaluun.

Layaknya suatu hal yang baru, demikian juga ajaran yang datang dan dipercaya saudagar kaya ini. Tekanan, siksaan, penolakan sampai ancaman pembunuhan mewarnai perjalanan sebaran ajaran keadilan dan anti oligarki ini. Padahal, Al-Amin adalah dari keturunan pemuka Makkah namun dibenci oleh saudara se-nasab karena dikhawatirkan merebut kuasa pemerintah di tanah suci Makkah. Tak tahan melihat sahabat dan pengikutnya yang banyak dari kaum ‘lemah’ ini, turunlah titah Ilahi untuk hijrah menuju tempat yang lebih baik.

Hijrah ini, proses pindah secara jasmani dan rohani bukan semacam plesir menuju taman wisata untuk berfoto ria. Terekam jelas dalam sabda Nabi dan tertulis pada Kitab Hadits Arba’in karya Imam An Nawawi. “Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasulnya. Namun barangsiapa berhijrah karena dunia dan wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya untuk apa yang ia inginkan.” (Hadits Arba’in no.1)

Tak Ayal, saudagar kaya ini menjadi salah satu rombongan pertama yang berangkat hijrah. Apa yang ia bawa? Hanya iman dan islam penuh sesak di dada. Gelimang harta yang ia peroleh selama di Makkah ia relakan dirampas oleh pemerintah yang tidak mengharapkan kehadiran ia dan kelompoknya. Tersisa apa yang melekat dibadannya saja. Lalu, apakah ia jatuh miskin?

Sampai rombongan pada tanah Yatsrib, yang akhirnya berubah menjadi Madinah kota suci kedua jamaah ini. Disambutnya dengan suka cita, bertemu saudara dan sahabat baru. Diperlakukan layaknya saudara jauh yang lama tidak berjumpa. Saudagar kaya dari Makkah ini dipersaudarakan pula dengan saudagar kaya di Madinah, Sa’ad namanya. Sa’ad memiliki 2 istri dan sejumlah harta yang melimpah, dengan sukarela ia tawarkan salah satu istrinya agar menjadi istri saudara barunya ini, hartanya pula setengah menjadi miliknya. Apa jawab saudagar kaya ini? “Semoga Allah memberkahi apa yang engkau lakukan, tolong tunjukkan padaku dimana ada pasar!?”.

Ia langsung menjadi sumber pendapatan dengan berdagang. Bekerja sesuai dengan apa yang ia kerjakan semasa di tanah kelahirannya dulu. Hingga dalam waktu singkat, harta yang telah ia tinggalkan menjadi berkali lipat di tanah Madinah.
***

Sampai Ia bingung, karena Al-Amin bersabda, “Kelak, sahabatku yang kaya akan masuk syurga paling akhir dan dalam keadaan merangkak. Karena ia hisabnya paling lama.” Ia memutar otak, bagaimana caranya agar menghabiskan hartanya dalam waktu sekejap. Akhirnya, ia mendapat peluang untuk membeli kurma busuk dengan harga kurma kualitas bagus. Hal ini terjadi karena pasca perang Tabuk, memakan waktu lama sehingga banyak sahabat yang sampai tidak sempat mengurus kebun kurmanya.

Semua senang, kurma tidak jadi terbuang percuma karena tidak terbeli. Petani kurma bahagia karena tida rugi, saudagar kaya ini juga senang karena ia akan mudah hisabnya nanti. Tapi ternyata, datang utusan dari Yaman yang sedang mencari kurma busuk untuk obat di daerahnya. Infonya, sedang terjadi wabah penyakit yang obatnya adalah kurma busuk! Langsung saja, kurma busuk yang miliki saudagar ini di beli semua bahkan dengan harga berkali lipat daripada saat ia membeli dari petani. Yah, kaya lagi deh. Ga jadi miskin!

Yah, begitulah. Ia dikejar oleh harta, dunia. Bukan harta yang dia kejar-kejar. Yah, dia adalah Abdurrahman ibn ‘Auf. Bagaimana ia bisa menjadi demikian? Sedikit tips bagi para pelaku usaha dari kisah ini :
  1. Tanamkan mindset tidak sekedar mencari uang, melainkan mencari ridho Allah pemilik alam semesta
  2. Jujur dalam setiap tindak tanduk
  3. Selaras, antara kerja keras dan kerja cerdas. Nampak dari permintaannya ditunjukkan pasar oleh saudaranya di Madinah
  4. Rajin sedekah, karena sedekah adalah sarana pembersih harta dan jiwa
  5. Menjadi Tuan harta, bukan malah menjadi budak harta.
  6. Rajinbersyukur, karena barangsiapa yang bersyukur maka akan bertambah, namun jika kufur sungguh azabNya sangat pedih.

Tips ini bisa langsung dipraktekkan, selamat mencoba! J

Sumber :


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kontroversi Puasa Bulan Rajab

Bismillahirrahmanirrahim... Setiap momen – momen dalam beragama Islam sangat hangat untuk diperbincangkan. Khususnya hal – hal yang dianggap “tidak ada” pada zaman Nabi Saw. Banyak perbedaan pendapat yang muncul antar ulama satu dengan yang lain, terdapat pertentangan antar muslim satu dengan yang lain, yang ini masih dalam batas kewajaran. Yang mengkhawatirkan adalah saat muslim satu dengan muslim yang lain saling menyalahkan, menghujat, bahkan mengkafirkan. Padahal dalam sebuah riwayat pernah disampaikan Nabi Muhammad yang artinya “Perbedaan adalah Rahmat”. Dalam momen kali ini sesuai dengan penanggalan Qomariyah 1438 Hijriyah, kita sudah memasuki bulan Rajab. Yang selalu menjadi permasalah dari tahun ke tahun (hampir setiap tahun) bahkan menjadi perdepatan kalangan akar rumput (baca:orang awam) tentang berpuasa pada bulan Rajab. Buya Yahya, selaku pengasuh Ponpes Al Bahjah Cirebon pernah menuliskan risalah kecil tentang bulan Rajab. Beliau mengawali pendahuluan bukunya den...

Ada Apa Dengan "Baarakallah" dan "Innalillah" ?

Lumrah bagi sebagian besar kalangan aktivis dakwah yang mengucapkan kalimat “Baarakallah” yang diiringi dengan “Innalillah”, utamanya kepada salah seorang saudara yang mendapatkan amanah ataupun jabatan baru di organisasi kampus. Namun yang menjadi pertanyaan dalam benak saya ketika mendapatkan ucapan ini adalah apa hubungan keduanya sehingga dapat dijadikan satu ungkapan saat seseorang terbebankan amanah ataupun jabatan baru? Insya Allah akan kita bahas bersama. Baarakallah tersusun dari dua kata bahasa arab; baaraka dan allah . Secara bahasa

Orang Baik

Belum dapat hati ini beranjak dari kisah kegiatan minggu lalu. Menutup akhir 2019 dengan bercengkrama dg penikmat kata, penghafal cerita serta pensyarah kode²Nya. . Alangkah indahnya Islam, mudahnya menjadi seorang yang baik. Ingatkan kita dalam sebuah ungkapan masyhur dari Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya Al Hikam, beliau berkata "Jika engkau tidak bisa berlomba beramal kebaikan bersama orang Sholeh, maka berlombalah untuk selalu bertaubat diantara para ahli maksiat." . Ataupun sebuah kisah menarik dg matan yg panjang, suatu ketika Rasulullah Saw sedang berkhutbah Jum'at yg temanya bercerita tentang hari kiamat. Hingga suatu ketika ada salah seorang sahabat bertanya "Kapan kiamat itu wahai Rasulullah?" . Namun ternyata Rasulullah tdk merespon, atau mungkin tidak mendengar, atau blm berkenan menjawab ditengah tengah khutbah Jum'at. Hingga sahabat ini mengulang pertanyaan yg sama hingga 3 kali. . Akhirnya Rasulullah balas bertanya, "Apa yg s...