Langsung ke konten utama

T E N A N G


الا بذكر الله تطمئن القلوب
"Ingatlah dengan berdzikir kpd Allah, maka hati menjadi tenang." (Qur'an) .
Terekam sebuah aktifitas ruhani ditengah riuhnya suara diesel sebuah klotok tujuan Rasau Jaya dari Pelabuhan Teluk Batang, Kayong Utara. Menarik kita telisik, bagaimana bisa ia sholat ditengah ributnya sekeliling ?
.
Dipertengahan sekitar tahun 2016, saat itu saya dan kawan² asyik berbincang di teras mushola kampus. Mungkin pembicaraan kami terlalu keras, sehingga ada senior yg keluar dengan marah "Heh! Diamlah, g bisa tenang saya didalam.," Seketika kamu terdiam dan saling pandang.
.
Banyak juga di mayoritas masjid kita jumpai ungkapan (baca: peringatan) untuk tenang dan tidak ribut, silentkan handphone, tidak tilawah terlalu keras, tidak setel musik, ini masih dalam taraf wajar. Ada yang -bahkan- menurut hemat saya terlalu memaksa agar 'mengkondisikan' anak yg dibawa jamaah agar tenang. Bagaimana anak² usia dini disuruh tenang ditengah dunia bermainnya ? .
Seharusnya, kita banyak belajar dari orang yang ada di foto itu. Ia tetap menjalankan absen rutinnya kpd Sang Pencipta, tenang, santuy dan asyik masyuk dalam sholatnya.
.
Karena, bisa jadi ia tahu. Bahkaa kunci ketenangan itu hanyalah dengan MENGINGAT ALLAH.
.
📸 : Dalam safar kembali ketanah rantau, Pontianak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan "Baarakallah" dan "Innalillah" ?

Lumrah bagi sebagian besar kalangan aktivis dakwah yang mengucapkan kalimat “Baarakallah” yang diiringi dengan “Innalillah”, utamanya kepada salah seorang saudara yang mendapatkan amanah ataupun jabatan baru di organisasi kampus. Namun yang menjadi pertanyaan dalam benak saya ketika mendapatkan ucapan ini adalah apa hubungan keduanya sehingga dapat dijadikan satu ungkapan saat seseorang terbebankan amanah ataupun jabatan baru? Insya Allah akan kita bahas bersama. Baarakallah tersusun dari dua kata bahasa arab; baaraka dan allah . Secara bahasa

Diskusi Online : Sejarah Partai Mahasiswa di Universitas Tanjungpura Pontianak

Diskusinya sudah lewat, ini beberapa catatan yang terekam selama diskusi. simak selengkapnya  Notulensi Diskusi Online Parlementer #VivaLegislativa #HidupMahasiswa

Virus Yang Lebih Dahsyat Dari Corona*)

Sumber : tirto.id Adakah virus yang lebih “dahsyat” dari pada virus Corona ? Ada. Jawabannya adalah virus fitnah. Proses penyebarannya begitu masiv, sangat cepat dan bahkan cukup mematikan ; mematikan silaturrahmi, mematikan kebersamaan dan bahkan bisa memporak porandakan wilayah Tauhid, sebuah areal yang sangat sensitive. Karena fitnah itu sendiri lebih kejam dari pembunuhan, Wal-fitnatu asyaddu minal qotl. “Mengapa tidak boleh shalat berjamaah dan jum’at di masjid ? Justru saat Allah menurunkan cobaan, mengapa harus menjauhi masjid ? Jangan-jangan ini bagian dari konspirasi global Yahudi yang tidak suka umat Islam memakmurkan masjid, bukankah jauh lebih baik mati di dalam masjid daripada mati mengurung diri di rumah ? Mengapa lebih takut kepada Corona dari pada takut kepada Allah? Bukankah kematian itu sudah diatur oleh Allah, dan hanya Dia yang menentukan ? Memang zaman benar-benar sudah mendekati kiamat ...” Inilah diksi yang berkembang saat ini. Berkembang terus, be