Langsung ke konten utama

Dinamika "Negara" Mahasiswa

Wacana terkait peran pemuda dalam perkembangan sebuah bangsa tidak bisa di nafikan. Pergelokan politik dari level akar rumput sampai pucuk kepemimpinan sangat jelas dampaknya. Kita ketahui bersama siklus 20 tahunan, mulai berdirinya Organisasi Budi Oetomo, Deklarasai Sumpah Pemuda, runtuhnya rezim Orde Lama, lanjut berikutnya Orde Baru dan seterusnya. Setiap masanya memiliki sejarah dan kisah heroic yang perlu kita kaji dan resapi makna perjuangan untuk dilanjutkan di masa akan datang.

Mahasiswa, yang merupakan bagian dari sejarah Indonesia turut menorehkan tinta emasnya. Sebagai bagian dari elemen pemuda, kita (mahasiswa) selalu berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat yang perjuangannya sudah saya paparkan diawal.

Dalam perjalannya, mahasiswa sudah menjadikan kampus sebagai “laboratorium”. Maka tidak dipungkiri, output dari kampus sudah siap pakai di masyarakat. Eksperimen yang dilakukan mahasiswa tidak sekedar sesuai konsen ilmu yang dipelajari di perkuliahan, namun sampai pada bagaimana membentuk pemerintahan yang ideal.

Mahasiswa Dulu
Konflik panjang antara pemerintah dan mahasiswa membuat mahasiswa membuat  pemerintahannya sendiri. Maka mulai terbentuk organisasi awal level universitas bernama Senat Mahasiswa. Melalui wadah ini mereka mulai turut aktif dalam pergulatan politik dalam pemerintahan, menggelar konsolidasi antar mahasiswa dan masyarakat, tidak luput tokoh-tokohnya juga diundang. Tidak jarang kita turun ke jalan untuk menunjukkan bahwa kekuatan kita besar.

Ada 2 arus gerakan mahasiswa zaman dulu. Ada gerakan eksternal dan gerakan internal. Gerakan eksternal ini disematkan kepada aktivis mahasiswa yang banyak aktif di ormas, partai ataupun gerakan yang tidak dalam naungan Perguruan Tinggi. Sedangkan gerakan internal bagi aktivis mahasiswa yang hanya bergerak didalam organisasi internal kampus. Dua arus gerakan ini pada awal-awal mengalami gesekan saat perebutan lembaga tertinggi kampus, namun dalam perjalanannya dipertemukan oleh isu yang sama.

Meskipun dua arus ini bersinggungan, namun tetap membawa efek negatif dalam “keseimbangan” pemerintahan. Maka zaman Orde Baru muncul kebijakan NKK/BKK yang salah satu efek besarnya pembubaran Senat Mahasiswa di seluruh perguruan tinggi. (Baca : Sejarah NKK/BKK).

Pemerintahan Mahasiswa

Melihat gejolak negera yang pemerintahnya tidak mendukung gerakan mahasiswa, maka kita berinisiatif membentuk “pemerintahan mahasiswa”. Maka muncul yang bernama Keluarga Besar Mahasiswa (KBM), Keluarga Mahasiswa (KM), Republik Mahasiswa (Rema) dll, inilah bentuk dari pemerintahan mahasiswa hingga sekarang. Muncul trias politica dalam kampus dengan Senat Mahasiswa sebagai legislatif sekaligus yudikatif dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sebagai eksekutif, dalam perjalannya Sema-pun berubah nama menjadi Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM).

Sistem pemerintahan mahasiswa juga hampir sama, ada yang Presidensial maupun Parlementer. Jelas dengan menyesuaikan kebutuhan dan juga iklim kehidupan mahasiwa di kampus. Kelengkapan untuk mendirikan “Negara” dibuat se-ideal mungkin, disusun UUD (Ad/Art), maka muncul istilah Presiden Mahasiswa sebagai pimpinan di eksekutif karena inilah “Pemerintahan Mahasiswa”.

Dapat kita survey setiap kampus di PT seluruh Indonesia. Ada kampus yang birokrasi mahasiswa terintegrasi dari pusat ke daerah, istilah Presiden, Gubernur sampai Walikota dipakai disana. Muncul juga sistem multipartai dalam pemilihan raya mahasiswa, fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan, Majelis Permusyawaratan dan lain sebagainya. Maka penyamaan sistem pemerintahan kampus suatu hal yang mustahil, sebab ideal tidaknya adalah penilaian lokal dari mahasiswa dikampus tersebut.

Sumber :

Beni Sulistio, Dinamika Gerakan Mahasiswa Kampus Era Kebangsaan '98, 2017

Diskusi Warung Kopi bersama aktivis gerakan eksternal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan "Baarakallah" dan "Innalillah" ?

Lumrah bagi sebagian besar kalangan aktivis dakwah yang mengucapkan kalimat “Baarakallah” yang diiringi dengan “Innalillah”, utamanya kepada salah seorang saudara yang mendapatkan amanah ataupun jabatan baru di organisasi kampus. Namun yang menjadi pertanyaan dalam benak saya ketika mendapatkan ucapan ini adalah apa hubungan keduanya sehingga dapat dijadikan satu ungkapan saat seseorang terbebankan amanah ataupun jabatan baru? Insya Allah akan kita bahas bersama. Baarakallah tersusun dari dua kata bahasa arab; baaraka dan allah . Secara bahasa

Diskusi Online : Sejarah Partai Mahasiswa di Universitas Tanjungpura Pontianak

Diskusinya sudah lewat, ini beberapa catatan yang terekam selama diskusi. simak selengkapnya  Notulensi Diskusi Online Parlementer #VivaLegislativa #HidupMahasiswa

Virus Yang Lebih Dahsyat Dari Corona*)

Sumber : tirto.id Adakah virus yang lebih “dahsyat” dari pada virus Corona ? Ada. Jawabannya adalah virus fitnah. Proses penyebarannya begitu masiv, sangat cepat dan bahkan cukup mematikan ; mematikan silaturrahmi, mematikan kebersamaan dan bahkan bisa memporak porandakan wilayah Tauhid, sebuah areal yang sangat sensitive. Karena fitnah itu sendiri lebih kejam dari pembunuhan, Wal-fitnatu asyaddu minal qotl. “Mengapa tidak boleh shalat berjamaah dan jum’at di masjid ? Justru saat Allah menurunkan cobaan, mengapa harus menjauhi masjid ? Jangan-jangan ini bagian dari konspirasi global Yahudi yang tidak suka umat Islam memakmurkan masjid, bukankah jauh lebih baik mati di dalam masjid daripada mati mengurung diri di rumah ? Mengapa lebih takut kepada Corona dari pada takut kepada Allah? Bukankah kematian itu sudah diatur oleh Allah, dan hanya Dia yang menentukan ? Memang zaman benar-benar sudah mendekati kiamat ...” Inilah diksi yang berkembang saat ini. Berkembang terus, be