Langsung ke konten utama

Menjaga Nafas Gerakan

(Ahad, 14/01/2018) Bergerak menjadi salah satu ciri makhluk hidup, khusus manusia bergerak adalah keharusan. Keharusan yang menyebabkan kita -manusia- pindah dari posisi satu ke posisi yg lain, dalam kata lain "hijrah".

Banyak dari kita aktif bergerak dalam waktu tertentu, namun saat merasa di posisi yg baik berhenti bergerak. Untung kalau berhentinya sebentar, terlalu lama akibat nyaman ini yang bahaya.

Maka menjaga ritme pergerakan wajib bagi manusia yang menuntut perubahan, perubahan menuju kebaikan. Pergerakan ini harus selalu bergerak, bernafas, jangan sampai berhenti ditengah perjuangan.

Maka sekali lagi, istiqomah lebih baik dari seribu karomah. Bergerak atau mati! Bergerak atau Tergatikan! Jargon penyemangat yg mulai tumbuh dalam alam bawah sadar. Menjaga nafas gerakan.

Pergerakan ini harus terus ada, bahkan sampai ruh ini tidak di dunia, sampai kiamat tiba.

#AyoGabungKAMMI

📷 Tukang Ngompor sama Pak Ketum @dayualghozali KAMMI IKIP PGRI

x

Komentar

Posting Komentar

Pesan anda sangat kami harapkan... :-)

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan "Baarakallah" dan "Innalillah" ?

Lumrah bagi sebagian besar kalangan aktivis dakwah yang mengucapkan kalimat “Baarakallah” yang diiringi dengan “Innalillah”, utamanya kepada salah seorang saudara yang mendapatkan amanah ataupun jabatan baru di organisasi kampus. Namun yang menjadi pertanyaan dalam benak saya ketika mendapatkan ucapan ini adalah apa hubungan keduanya sehingga dapat dijadikan satu ungkapan saat seseorang terbebankan amanah ataupun jabatan baru? Insya Allah akan kita bahas bersama. Baarakallah tersusun dari dua kata bahasa arab; baaraka dan allah . Secara bahasa

Diskusi Online : Sejarah Partai Mahasiswa di Universitas Tanjungpura Pontianak

Diskusinya sudah lewat, ini beberapa catatan yang terekam selama diskusi. simak selengkapnya  Notulensi Diskusi Online Parlementer #VivaLegislativa #HidupMahasiswa

Virus Yang Lebih Dahsyat Dari Corona*)

Sumber : tirto.id Adakah virus yang lebih “dahsyat” dari pada virus Corona ? Ada. Jawabannya adalah virus fitnah. Proses penyebarannya begitu masiv, sangat cepat dan bahkan cukup mematikan ; mematikan silaturrahmi, mematikan kebersamaan dan bahkan bisa memporak porandakan wilayah Tauhid, sebuah areal yang sangat sensitive. Karena fitnah itu sendiri lebih kejam dari pembunuhan, Wal-fitnatu asyaddu minal qotl. “Mengapa tidak boleh shalat berjamaah dan jum’at di masjid ? Justru saat Allah menurunkan cobaan, mengapa harus menjauhi masjid ? Jangan-jangan ini bagian dari konspirasi global Yahudi yang tidak suka umat Islam memakmurkan masjid, bukankah jauh lebih baik mati di dalam masjid daripada mati mengurung diri di rumah ? Mengapa lebih takut kepada Corona dari pada takut kepada Allah? Bukankah kematian itu sudah diatur oleh Allah, dan hanya Dia yang menentukan ? Memang zaman benar-benar sudah mendekati kiamat ...” Inilah diksi yang berkembang saat ini. Berkembang terus, be