Islam
menebarkan nuansa rahmatan lil'alamin tanpa menutupi budaya lokal. Bahkan
memoles budaya menjadi lebih bermakna dengan suntikan substansi-substansi nilai
islam membuat masyarakat lokal masuk Islam secara sukarela. Hal ini akan jelas
terlihat saat kita berkunjung ke Istana Kadriyah di Kelurahan Bugis kec.
Pontianak Timur yang menjadi sentral penyebaran Islam di kota Pontianak.
Nuansa
ke-Islam-an akan terlihat pada gapura di Jl. Tanjung Raya 1. Disudut kanan dan
kiri terdapat tulisan kaligrafi "Muhammad" dan ucapan Ahlan wa Sahlan
yg berarti Selamat datang ditambah lagi bahasa melayu Awak Datang Kamek Sambot
menjadi bukti bahwa Kesultanan yang telah berdiri sejak tahun 1771 sudah
"Islam". Warna yang mencolok adalah kuning keemasan melambangkan
kejayaan dengan sedikit list hijau mewakili warna Islam. Paduan warna ini akan
kita temui juga di Masjid Jami' Sultan Syarif Abdurrahman Al Kadrie dan juga
Istana Kadriyah yang berada tepat di tepi sungai Kapuas. Masjid Jami' ini
terlebih dahulu berdiri pada tahun 1771 dengan 6 pondasi awal sehingga masjid
ini awalnya disebut Langgar (mushola). Selain sebagai tempat ibadah juga
sebagai tempat berdiskusi tentang masalah2 umat. Baru 3 tahun kemudian 1773
berdirilah Istana Kadriyah. Oh iya, Kesultanan Kadriyah ini dibawa oleh Sultan
Syarif Abdurrahman Al Kadrie.
Herfan dan Nauval (Peserta DM3 Kalbar) didepan Istana Kadriyah |
Asal nama
Pontianak sendiri terdapat 3 informasi; pontianak singkatan dari pohon tinggi
beranak yang ditemukan Sultan Syarif Abdurrahman untuk dijadikan tiang masjid,
yg kedua berasal dari kata kuntilanak, dan ketiga dari bahasa Cina pontien yg
ini saya tidak tahu artinya.
Lanjut...
Dakwah Sang Sultan
Kedatangan
beliau menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat yang beraktifitas di tepi
sungai. Banyak dari mereka sebagai pedagang, nelayan, dengan adanya pasar
disana. Sebagai Kesultanan yang paling muda diantara Kesultanan di Kalimantan
Barat, sudah pasti sokongan dan kerjasama terjadi diantara mereka. Dakwah
dengan akhlak dan tauladan menjadi daya tariknya, contoh kecil Sultan selalu
datang ketika terdapat kegiatan2 kemasyarakatan, sosial, momentum untuk dapat
berinteraksi dengan warga setempat tidak pernah beliau sia-sia kan. Hingga
sampai saat ini akhlaknya teraktualisasi menjadi perkampungan yang ramai sampai
saat ini.
Pahlawan yang terlupakan
Dakwah yang
dibawa Sultan Syarif Abdurrahman AlKadrie terus di wariskan oleh keturunannya
hingga saat ini. Sampailah salah seorang keturunannya yang pernah menjabat
sebagai Menteri Negara. Sultan Hamid II namanya. Beliau merupakan seorang
Indonesia yang mampu sekolah militer Belanda sampai pangkat Mayor Jenderal,
bahkan pernah ditawarkan sebagai pengawal ratu Williams.
suasana keraton pada siang hari |
Jabatannya
sebagai Menteri Negara bertugas salah satunya membuat lambang negara. Jadilah
wujud Garuda Pancasila yang kita liat saat ini. Menurut Syarif Kasim, filosofi
Garuda Pancasila saat ini syarat akan nilai Islam. Kepala garuda menoleh ke
kanan perwujudan seorang muslim yang mengucapkan salam dalam sholat, putaran
poin2 pancasila di perisai sama dengan arah muslim yang thowaf di Makkah dan di
perisai tsb yang dikelilingi adalah Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk
khas Pontianaknya, beliau membuat garis lebih tebal yang melintangi perisai
menggambarkan garis khatulistiwa yang ada di kota Pontianak.
Dari beberapa
filosofi diatas menggambarkan bahwa nilai2 Islam sudah masuk ke dalam sendi
sendi kehidupan bahkan dibawa oleh Sultan Hamid II kedalam ideologi negara.
Hanya saja modern kini pengetahuan akan sejarah tersebut semakin larut oleh
hal-hal lain sehingga generasi muda tidak mengetahui hal tersebut. Harapan
bersama semoga syiar Islam yang tercermin dari bangunan yang ada, dapat
dipertahankan agar dapat teraktualisasi dalam kehidupan beragama, berbangsa dan
bernegara.
Wallahu a'lam...
NB : Tulisan ini dibuat sebagai tugas Studi Lapangan Daurah Marhalah (DM) 3 KAMMI Kalimantan Barat
Sumber :
Studi lapangan, Syarif Kasim
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20170601052415-20-218668/sultan-hamid-ii-sosok-kontroversial-di-balik-garuda/
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus