Langsung ke konten utama

Pasar Juadah, Momentum Ramadhan

Pasar adalah tempat bertemunya antara konsumen dan produsen. itu pengertian zaman saya masih SD. Sudah sangat berbeda dengan realita sekarang ini. Bertemunya penjual dan pembeli ndk harus di pasar, dimanapun bisa. bahkan penjual dan pembeli tdak perlu bertemu, proses transaksi sudah bisa dilakukan. itu namanya pasar online, atau toko online, atau olshop, atau apalah namanya.

momentum ramadhan sudah menjadi rahasia umum untuk meningkatkan segala kebutuhan manusia. mulai dari kebutuhan jasmani, rohani, sampai isi dompet pun harus ditingkatkan. tidak heran kalau makin banyak terlihat "pasar kaget" di sepanjang jalan, utamanya didekat masjid. 

Secara historis, Pasar merupakan tempat kedua yang dibangun oleh Nabi Muhammd Saw pasca hijrah ke kota Yatsrib. Dibangunnya pasar yang berdekatan dengan masjid sudah tentu sebagai penunjang perekonomian umat islam pada saat itu, sekaligus tetap menjaga ruhiyah dengan mendirikannya didekat masjid nabawi.

Pasar sangat dekat dengan hati orang Indonesia. Ya, selain tempat berdagang, pasar juga tempat setiap individu dapat bertemu, berinterkasi, bermuamalah, bahkan para da'i zaman dulu menggunakan fungsi pasar sebagai tempat berdakwah menyebarkan nilai-nilai keislaman sehingga dapat diterima baik oleh rakyat Nusantara pada zaman dulu.

Setidaknya ada 3 fungsi pasar menurut saya; pertama sebagai tempat jual beli, kedua untuk media silaturahmi dan yang ketiga adalah sebagai sarana untuk berdakwah. Mari kita bahas bersama... (hehe)

Pertama, tempat jual beli. Sudah sangat umum sekali jual beli ini di pasar. Namun ada yang menarik, dalam Alquran Allah berfirman yang artinya "Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba". Praktik riba sangat marak dilakukan sebelum Islam datang di tengah2 kaum quraisy, riba identik dengan sikap menguntungkan sebelah pihak sehingga pihak lain rugi. Pada zaman jahiliyyah, kaum yang kaya berkuasa atas aspek ekonomi ini sebab riba yang mereka lakukan. Jangan main main sama riba ya kawan... (haha)
Kedua, sebagai media silaturahim. betul sekali, momentum sangat dimana terjadinya interkasi antara penjual dan pembeli. Sikap, adab serta sopan santun sangat dibutuhkan oleh penjual agar pembeli betah dan nyaman berbelanja dengannya. Inilah pelayanan, service. Kita bisa liat contoh pelayanan yg baik di Mall maupun pasar swalayan dengan penyambutan mulai dari masuknya pembeli sampai ia keluar kembali dan memastikan bahwa pembeli mendapatkan service yang memuaskan.

Ketiga, sarana berdakwah. Islam mengajarkan segala hal, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Segala aktivitas manusia sudah ada aturan dalam islam, termasuk masalah jual beli. Dalam kitab Fiqh masuk dalam Bab Muamalah. Para wali pada abad ke 7 hijrah ke Nusantara dan menyebarkan agama islam salah satu sarananya adalah berdagang. Tidak hanya barang mereka jual, namun juga akhlak dan teladan yang di nampakkam. sehingga muncullah rasa nyaman, akrab dan betah di hati masyarakat pada zaman itu dan mudah ketika diajak masuk ke dalam Islam. 

Momen Ramadhan ini, jualan di juadah menjadi sangat menarik. Tidak hanya untuk menambah tebalnya dompet, namun juga untuk melatih diri mengikuti sunnah nabi, berdagang. Orientasi kita jangan hanya material, namun juga harus jauh kedepan untuk membangun jaringan. kita tidak tahu dari orang mana yang berinterkasi dengan kita yang akan mengantarkan kita bertemu Sang Pencipta, kita tidak tahu dari kejadian yang mana menjadi hujjah kita masuk ke syurgaNya atau kita tidak tahu siapa yang ternyata diam diam mendoakan kita asbab perbuatan baik saat berinteraksi dengannya. 

Sekali lagi, semoga yang jualan di juadah bisa berkah. Bisa buat bekal pulang kampung dan ngasih oleh oleh kue pas lebaran. heheh

Wallahu a'lam bish showaab...
 
------

IG : @nauval_nashir

#Project30HariMenulis digagas oleh Komunitas Indonesia Bergerak Positif (IG: @bergerakpositif)

#Project30HariMenulis #bergerakpositif #6ramadan 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kontroversi Puasa Bulan Rajab

Bismillahirrahmanirrahim... Setiap momen – momen dalam beragama Islam sangat hangat untuk diperbincangkan. Khususnya hal – hal yang dianggap “tidak ada” pada zaman Nabi Saw. Banyak perbedaan pendapat yang muncul antar ulama satu dengan yang lain, terdapat pertentangan antar muslim satu dengan yang lain, yang ini masih dalam batas kewajaran. Yang mengkhawatirkan adalah saat muslim satu dengan muslim yang lain saling menyalahkan, menghujat, bahkan mengkafirkan. Padahal dalam sebuah riwayat pernah disampaikan Nabi Muhammad yang artinya “Perbedaan adalah Rahmat”. Dalam momen kali ini sesuai dengan penanggalan Qomariyah 1438 Hijriyah, kita sudah memasuki bulan Rajab. Yang selalu menjadi permasalah dari tahun ke tahun (hampir setiap tahun) bahkan menjadi perdepatan kalangan akar rumput (baca:orang awam) tentang berpuasa pada bulan Rajab. Buya Yahya, selaku pengasuh Ponpes Al Bahjah Cirebon pernah menuliskan risalah kecil tentang bulan Rajab. Beliau mengawali pendahuluan bukunya den...

Ada Apa Dengan "Baarakallah" dan "Innalillah" ?

Lumrah bagi sebagian besar kalangan aktivis dakwah yang mengucapkan kalimat “Baarakallah” yang diiringi dengan “Innalillah”, utamanya kepada salah seorang saudara yang mendapatkan amanah ataupun jabatan baru di organisasi kampus. Namun yang menjadi pertanyaan dalam benak saya ketika mendapatkan ucapan ini adalah apa hubungan keduanya sehingga dapat dijadikan satu ungkapan saat seseorang terbebankan amanah ataupun jabatan baru? Insya Allah akan kita bahas bersama. Baarakallah tersusun dari dua kata bahasa arab; baaraka dan allah . Secara bahasa

Orang Baik

Belum dapat hati ini beranjak dari kisah kegiatan minggu lalu. Menutup akhir 2019 dengan bercengkrama dg penikmat kata, penghafal cerita serta pensyarah kode²Nya. . Alangkah indahnya Islam, mudahnya menjadi seorang yang baik. Ingatkan kita dalam sebuah ungkapan masyhur dari Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya Al Hikam, beliau berkata "Jika engkau tidak bisa berlomba beramal kebaikan bersama orang Sholeh, maka berlombalah untuk selalu bertaubat diantara para ahli maksiat." . Ataupun sebuah kisah menarik dg matan yg panjang, suatu ketika Rasulullah Saw sedang berkhutbah Jum'at yg temanya bercerita tentang hari kiamat. Hingga suatu ketika ada salah seorang sahabat bertanya "Kapan kiamat itu wahai Rasulullah?" . Namun ternyata Rasulullah tdk merespon, atau mungkin tidak mendengar, atau blm berkenan menjawab ditengah tengah khutbah Jum'at. Hingga sahabat ini mengulang pertanyaan yg sama hingga 3 kali. . Akhirnya Rasulullah balas bertanya, "Apa yg s...