Langsung ke konten utama

Masjid Para Pemuda (Bagian 1)

Suasana Masjid Al Latiif malam hari

Rabu, 21 Juni 2017 (27 Ramadhan 1438 H)

"Ada 7 golongan yang akan Allah Swt beri naungan pada saat hari kiamat; salah satunya adalah pemuda yang hatinya terpaut pada masjid" (Al Hadits)

Pertama kali menginjakkan kaki di Jl. Saninten, kota Bandung, kita akan melihat masjid tepat didepan jalan bernama Masjid Al Latiif. Tidak ada yang berbeda dg kebanyakan masjid pada umumnya. Namun saya, dalam kesempatan bertandang ke Kota Bandung ini menyempatkan diri bisa sholat di masjid tersebut.

Saya memasuki Jl. Saninten sekitar pukul 21.30 wib ba'da sholat tarawih. Terlihat jelas tulisan "Masjid Al Latiif" besar bersinar didepan pintu masuknya. Hal yang pertama kali buat terkesan adalah ramainya masjid tersebut, ya... ramainya dengan para pemuda. Ditaksir usianya rata-rata sekitar 10 - 25an tahun ada disana. Riuh dengan suara dzikir dan tilawah yang digemakan oleh kaum muda. Saya tersenyum dan terkesima dengan pemandangan ini, - yang memang pertama kali saya liat - . Keren banget...

Bagian depan masjid dibawah tulisan "Masjid Al Latiif" ramai para akhwat (muslimah) hingga duduk-duduk ditangga. Saya tidak bisa berlama-lama disini, (jaga pandangan uy!). Mencoba mencari jalan masuk ke arah kiri masjid dan menemukan pintu masuk yang ada tulisan "Al Latiif Mengaji" disana nampak penuh masjid sampai ke serambinya. Penuh oleh pemuda, tampilan yang khas anak muda; topi, celana cargo, levis, kaos, sorban, ransel, yang berbeda adalah mereka membawa alquran dan membacanya. Masya allah...

Mulai saya menyusuri bahu demi bahu untuk mendapatkan tempat duduk didalam masjid. Meski terlihat penuh, namun masih nampak beberapa tempat yang pas untuk saya bertafakkur (baca:tidur) malam itu.

Mulai saya mengawali dengan basmalah, membaca kalam ilahi ayat demi ayat sambil juga membaca lingkungan sekitar. Ada pemuda yang membaca quran sambil mendengar dengan headset, menghafal ada juga yang sudah istirahat. Ada yang berdiskusi.

Akhirnya saya memberanikan diri berkenalan dengan salah satu jama'ah. Pemuda itu bernama Faisal, mahasiswa ITB yang ternyata baru malam itu juga i'tikaf di masjid Al Latiif. Sempat berbincang-bincang, terkait sahur nanti dan hikmahnya saya mendapat info kalau mau dapat sahur harus mengambil kupon dulu. Alhamdulillah...

Setelah bincang-bincang singkat tersebut, saya keluar untuk mengambil kupon sahur. Tak lupa saya tinggalkan tas dan sorban sebagai tanda bahwa tempat itu sudah di kapling, hehe... tempat pengambilan kupon itu terletak di serambi bagian belakang masjid, bersebalahan dengan rak sepatu. Disana Aa' Edi yang ikut memberikan kupon sahur bagi para jama'ah. Sedikit berbincang-bincang, bahwa i'tikaf dan sholat malam di masjid ini terlaksana sejak awal ramadhan. Dan sangat beruntung sekali bahwa jadwal imam QL adalah Ust. Hanan At Taki, salah satu motivasi saya sholat di masjid Al Latiif. "Sangat tepat sekali" batinku. Lanjut kembali masuk ke dalam masjid dengan mengantongi kupon sahur dan dua gelas air mineral.

Kupon Sahur di Masjid AlLatiif 
Semakin malam masjid makin riuh dengan terus berdatangannya pemuda yang memenuhi masjid. Bahkan dikabarkan ada yang sampai diluar serambi hanya untuk ikut i'tikaf di masjid Al Latiif. Selama saya berada di masjid, tidak berhenti mikrofon masjid menginfokan terkait parkir, "Perhatian bagi pemiliki mobil yaris dengan plat nomor bla... bla.. bla..." waah... ini anak muda bawaannya mobil. Apalah hayati yang hanya bermodalkan Grab Bike yaa... hehe

Tepat pukul 23.00 wib saya memutuskan untuk istirahat sejenak. Karena pukul 01.30 wib jadwal sholat malam akan dilaksanakan. Saya tidak boleh melewatkan momen ini hanya karena kurang tidur.

Bersambung...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada Apa Dengan "Baarakallah" dan "Innalillah" ?

Lumrah bagi sebagian besar kalangan aktivis dakwah yang mengucapkan kalimat “Baarakallah” yang diiringi dengan “Innalillah”, utamanya kepada salah seorang saudara yang mendapatkan amanah ataupun jabatan baru di organisasi kampus. Namun yang menjadi pertanyaan dalam benak saya ketika mendapatkan ucapan ini adalah apa hubungan keduanya sehingga dapat dijadikan satu ungkapan saat seseorang terbebankan amanah ataupun jabatan baru? Insya Allah akan kita bahas bersama. Baarakallah tersusun dari dua kata bahasa arab; baaraka dan allah . Secara bahasa

Diskusi Online : Sejarah Partai Mahasiswa di Universitas Tanjungpura Pontianak

Diskusinya sudah lewat, ini beberapa catatan yang terekam selama diskusi. simak selengkapnya  Notulensi Diskusi Online Parlementer #VivaLegislativa #HidupMahasiswa

Virus Yang Lebih Dahsyat Dari Corona*)

Sumber : tirto.id Adakah virus yang lebih “dahsyat” dari pada virus Corona ? Ada. Jawabannya adalah virus fitnah. Proses penyebarannya begitu masiv, sangat cepat dan bahkan cukup mematikan ; mematikan silaturrahmi, mematikan kebersamaan dan bahkan bisa memporak porandakan wilayah Tauhid, sebuah areal yang sangat sensitive. Karena fitnah itu sendiri lebih kejam dari pembunuhan, Wal-fitnatu asyaddu minal qotl. “Mengapa tidak boleh shalat berjamaah dan jum’at di masjid ? Justru saat Allah menurunkan cobaan, mengapa harus menjauhi masjid ? Jangan-jangan ini bagian dari konspirasi global Yahudi yang tidak suka umat Islam memakmurkan masjid, bukankah jauh lebih baik mati di dalam masjid daripada mati mengurung diri di rumah ? Mengapa lebih takut kepada Corona dari pada takut kepada Allah? Bukankah kematian itu sudah diatur oleh Allah, dan hanya Dia yang menentukan ? Memang zaman benar-benar sudah mendekati kiamat ...” Inilah diksi yang berkembang saat ini. Berkembang terus, be