Oleh : Nauval Muhammad Al-Faqier
Tersebutlah pada zaman dahulu kala, makhluk
Allah SWT. yang paling mulia diantara semua makhluk. Pimpinan dari para
malaikat yang tunduk akan segala perintah-Nya, tinggal bersama dalam lingkungan
syurga yang penuh dengan kenikmatan tiada tara, dari golongan jin, Azazil
namanya.
Sampai suatu ketika Allah SWT.
menciptakan seorang makhluk dari sebongkah tanah yang dipersiapkan oleh-Nya
menjadi khalifah fil ardh, seorang manusia,bernama Adam As. Sang Pencipta mengajarkan segala
nama-nama benda yang ada dialam semesta, sehingga manusia pertama ini menjadi
pandai dengan segala pengetahuan yang diberikan oleh-Nya.
Sang Khaliq-pun memerintahkan
seluruh malaikat dan makhluk di syurga untuk tunduk hormat kepada Adam As.
Namun Azazil menolak perintah-Nya dengan merasa paling mulia, sebab ia
diciptakan dari api, sedangkan Adam As. hanya dari tanah. Akibat itu Allah SWT.
murka dan menghinakannya, merendahkannya, di-cap sebagai pembangkang, sehingga
dikeluarkan dari syurga-Nya, diberi tempat di neraka dengan seluruh anak
cucunya, sampai sekarang.
***
Raja yang dzalim lagi kejam-pun
pernah hidup pada zaman Nabiyullah Musa As. sebutlah Fir’aun atau Ramses. Saat
didakwahi oleh anak tiri sendiri dengan saudaranya Harun As., Fir’aun menolak
mentah-mentah dengan angkuhnya. Dia merasa dengan segala kekuasaan, kekuatan
dan kekayaan sudah cukup menjadikan ia seorang yang puja hingga tiada
tandingannya. Sebab datangnya Musa dan Harun membawa cahaya Tauhid agar
menyembah hanya Allah semata, Fir’aun merasa tergoyangkan tahtanya. Sehingga
dengan angkuh menolak ajakan Tauhid Sang Nabi sampai mengejarnya untuk
dibunuh
beserta para pengikut. Namun, dengan kuasa Allah SWT. dihancurkannya Fir’aun
beserta bala tentaranya ditengah Laut Merah. Hingga sekarang, jasad Fir’aun
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berfikir.
***
Bahkan Sang Nabi hanyalah seorang
manusia. Kodratnya manusia dapat berbuat salah dan lupa. Disaat kelalaian
datang merasuk jiwa, Musa As. diperingatkan bahwa manusia tiada yang sempurna.
Sebab kelalaian dirinya merasa paling pandai, Sang Nabi diinstruksikan untuk
bertemu seorang alim, berilmu tinggi, melebihi dirinya.
Bertemulah kedua wali Allah ini,
dengan izin-Nya. Dibuat kesepakatan bahwa dalam melakukan perjalanan bersama, Musa
As. dilarang untuk bertanya. Sampailah mereka Sang Nabi mengalami beberapa kejadian
aneh, yang tidak biasa dilakukan oleh seorang -menurutnya- alim. Yaitu,
menghancurkan perahu orang, membunuh anak kecil, serta memperbaiki tembok rumah
penduduk yang dzalim kepadanya. Jadilah Sang Nabi bertanya kepada Sang Guru
mengapa gerangan melakukan hal yang aneh tersebut. Dapatlah janji yang
disepakati teringkari Sang Nabi. Namun begitu, ilmu yang belum Musa As. miliki
dapat diperoleh dari perjalanan spiritual bersama Sang Guru, Khidir As.
***
Ada pula seorang yang pandai dalam
ilmu pengetahuan, merasa paling hebat dalam berdebat, datang ditengah kaum
muslimin untuk menantang ulama’ setempat bicara tentang ketuhanan. Sang Raja
yang resah akhirnya membuat sayembara untuk menghadapi ilmuwan yang angkung nan
congkak. Datanglah seorang pemuda belia yang pandai dalam beragama serta
beretorika. Dengan eloknya ilmuwan terasa terhina sebab terbantahkan segala
argumennya oleh seorang pemuda. Begitulah Yang Maha Kuasa memenangkan kebenaran
diatas orang yang merasa paling benar.
***
Saya sendiri adalah seorang pemuda
yang baru hafal Juz’amma. Sekali berkunjung kerumah orangtua dan ikut jama’ah
Isya dimasjidnya, diminta untuk menjadi imam sholat berjama’ah. Maksud hati
ingin dipuji karena merasa baik sendiri, sehingga suara mengajipun dibuat
mendayu-dayu bak kicauan burung kenari. Sampailah pada tengah ayat “illal
ladziina aamanu...” dilupakan oleh-Nya. Sadarlah diri bahwa setitik rasa
sombong akan merusak segala hal yang dimiliki. Seperti setetes tinta kan
merusak susu sebelanga. Begitulah sifat warisan Sang Iblis durjana.
***
Hakikatnya sombong itu bukanlah
milik makhluk. Makhluk hanyalah ‘sesuatu’ yang tidak memilki apa-apa tanpa ada
yang memberi. Tidak dapat berbuat tanpa ada yang mengajari. Tidak dapat
berpikir tanpa ada yang memberi akal. Lebih mudahnya tidak dapat makan tanpa
ada yang memberi makan, tidak dapat merasa tanpa ada yang memberi indera
perasa, tidak dapat berlari tanpa ada yang memberi kaki, tidak dapat hidup
tanpa ada yang menghidupi! dan tidak dapat – tidak dapat lainnya.
Sudah pasti, hanya Allah-lah Yang
Maha Pemberi segalanya! Hanya Allah-lah yang patut Sombong. Karena salah satu
Asma’-Nya adalah يَامُتَكَبِّر yang berarti Yang Maha Besar, Gagah, Sombong.
Kita yang hanya sebagai makhluk ‘penerima’ tidak pantas untuk sombong. Karena
sudah jelas, Nabi Muhammad SAW. Pernah bersabda bahwa jikalau ada setitik sifat
sombong pada diri manusia, maka ia tidak akan masuk syurga.
Cukuplah kisah Azazil, Fir’aun,
menjadi pelajaran bahwa setinggi apapun derajatnya jika sombong sudah bersama,
maka tinggal tunggu kehancurannya. Cukuplah kisah Nabi Musa As. menjadi
pengingat kita, bahwa sebaik-baik manusia jika sombong sudah melanda maka
peringatan pasti akan tiba. Cukuplah kisah ilmuwan tak beragama menjadi cambuk
hati, jikalau terlampau angkuh diri hanya menunggu saja raga akan hina
dihadapan makhluk langit dan bumi. Dan cukuplah diri ini yang lalai sebab
tinggi hati, agar anda tidak ikut terjerumus seperti diri ini.
Bukankah “Pengalaman adalah Guru
Terbaik?” atau bahkan “Pengalaman Orang lain adalah Guru Yang Paling
Baik?” silahkan anda pilih sendiri. J
Wallahu a’lamu bish showaab...
Komentar
Posting Komentar
Pesan anda sangat kami harapkan... :-)